Sajak
Ini terinspirasi dari sebuah kisa teman saya, yang menghadiri sebuah pernikahan
di tempat yang berbeda, namun pada hari yang bersamaan Minggu 27 Oktober 2013, dalam
waktu yang berbeda., namun entah kebetulan atau di sengaja keduanya melakukan
foto bersama dengan temannya yang sudah menikah, antara teman yang satu dengan
yang lainnya mereka tak saling kenal, namun laki-laki dan wanita yang menjadi
inspirasi sajak saya ini mereka saling kenal, keduanya sama-sama menggenakan
baju batik, warna biru, dan posisi yang berlainan, yang satu laki-laki yang
berfoto dengan temannya yang sudah menikah di sebelah kiri, dan wanita yang
berada disebelah temannya yang sudah menikah posisinya dikanan, dan tak lama
kemudian di waktu berbeda, namun masih dalam hari yang sama, keduanya
menggunakan Display Picture tersebut di HPnya, enta
“Saat
Cinta Tak bisa di ungkapkan dengan lisan, maupun tulisan, maka tuhan
menyampaikannya dengan cara yang lainnya untuk mengungkapkannya.”
“Tak
selamanya cinta yang pergi itu memberikan sebuah penderitaan, atau kehampaan,
bagi yang mengalaminya, bisa jadi perginya cinta untuk memberi rasa kebahagiaan
bagi yang mengalaminya.”
“Terkadang
memang cinta itu harus pergi terlebih Dahulu, sebagai cobaan bagi mereka yang
sedang merasakannya, bisa jadi perginya cinta untuk membuktikan Rasa tanggung
jawab untuk mereka yang sedang melanda cinta.”
“Cinta
merupakan sebuah suasana hati yang terdalam, yang timbul seketika, diberikan
oleh Sang Maha Cinta, perasaan Cinta tak bisa ditolak, setiap orang membutuhkan
cinta, Sang Maha Cinta memberikan Cinta itu sebagai ujian bagi yang
merasakannya, apakah mampu melewati perasaan tersebut?,Perasaan cinta terkadang
timbul hanya bertepuk sebelah tangan, ada juga yang merasakan timbal balik
antara yang satu dan yang lainnya, namun pada akhirnya perasaan cinta itu hanya
tuhanlah yang menyatukan, tak selamanya perasaan cinta yang bertepuk sebelah
tangan itu berakhir pada kepedihan, namun bisa jadi berakhir pada kebahagiaan, Karena
perasaan cinta itu ada Prosesnya, namun bisa pula Cinta yang timbal balik
antara keduanya, yang berakahir pada kepedihan, bukan kebahagiaan, bersyukur
dan bertawakkallah kepada Sang Maha Cinta, karena dialah yang menentukan takdir
pada akhirnya.”